Mohamad Feriadi tidak hanya mampu meneruskan bisnis yang diwariskan ayahnya. Tapi bahkan membuatnya berkembang pesat, sehingga dalam usianya yang hampir 29 tahun telah memiliki jaringan atau titik penjualan di 6.800 lokasi yang tersebar dari Sabang sampai Merauke.
Jumlah tersebut masih akan terus bertambah, karena lewat pola kemitraan yang dikembangkan, PT TIKI Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) menargetkan pertumbuhan point of sales sekitar 10 – 15% sepanjang tahun 2019.
Cikal bakal dari JNE adalah PT Citra van Titipan Kilat (TIKI) yang didirikan Soeprapto pada tahun 1970. Untuk membuka divisi ekspedisi luar negeri, didirikanlah JNEpada tahun 1990. Setelah Soeprapto wafat tahun 2015, Feriadi pun mewarisi bisnis yang dibangun oleh ayahnya.
Alumni jurusan marketing di Oklahoma University, Amerika Serikat ini, di JNE tidak langsung berada di pucuk pimpinan, tapi mengawalinya sebagai business development. Sehingga tahu betul bagaimana harus mengendalikan perusahaan, termasuk memikirkan nasib karyawan yang saat ini sudah mencapai 19.000 orang di luar mitra.
Kunci Sukses Bisnis dan Inovasi JNE
Feriadi tidak hanya mewarisi bisnis sang ayah tapi juga memegang teguh amanat-amanatnya. Salah satu dari amanat tersebut adalah “harus dekat dengan karyawan, pelanggan dan yang terpenting adalah dekat dengan Tuhan”.
“Bukan sedikit atau banyak yang dicari JNE, tapi berkah atau tidak. Itu yang paling penting bagi saya. Berbagi dan memberi sudah menjadi roh perusahaan, sehingga kita selalu melibatkan anak yatim dalam banyak kegiatan,” tutur Feriadi.
Mengungkap kunci sukses dari JNE sehingga mengalami perkembangan yang cukup signifikan, menurut Feriadi adalah dengan terus menerus melakukan inovasi dalam menghadapi perubahan, baik dari sisi teknologi maupun business process.
Dicontohkannya, jika dahulu kehadiran perusahaan dalam bentuk fisik sangat dibutuhkan, seperti membangun agen dan cabang di seluruh Indonesia, untuk saat sekarang fisik saja masih belum cukup.
Selain hadir dalam bentuk fisik dengan membangun agen dan cabang, antara jaringan yang satu dengan yang lain juga harus terbangun konektivitas. Tujuannya adalah agar pelanggan bisa melakukan tracking atau melacak kondisi dan posisi barang.
Terlebih dengan ramainya dunia e-commerce, mereka yang berbelanja secara online biasanya tidak sabar dalam menunggu barang yang dibeli dan ingin tahu, sudah sampai dimana posisi barang. Dengan adanya konektivitas antar jaringan, maka JNE dapat memberikan informasi kepada konsumen secara realtime.
Meski telah mengalami peningkatan yang sangat pesat, Feriadi tidak pernah berhenti melakukan inovasi terhadap perusahaan yang dipimpinnya. Justru karena melihat perusahaannya tumbuh dengan cepat, dia merasa perlu untuk melakukan perubahan dari sisi business process.
Itu sebabnya pada tahun ini sudah mulai dibangun otomatisasi yang disebut mega hub yang berlokasi di Tangerang. Melalui otomatisasi tersebut hal-hal operasional yang semula dilakukan secara manual akan diotomatisasi, seperti sortir barang, proses reshifting dan lain-lain.
Otomatisasi sistem tersebut dilakukan karena dengan cara manual proses pengiriman barang perdetik sebanyak 7 kiriman, sementara jumlah kiriman JNE perbulannya mencapai 20 – 21 juta dan masih akan terus bertambah. Pertumbuhan yang begitu cepat tersebut jika tidak secepatnya diantisipasi dengan proses otomatisasi dikhawatirkan akan membuat tingkat error semakin tinggi.
baca juga
- Peluang Kemitraan Tinta Refill Spidol HQ Line
- MKP Distributor Stretch Film
- Konsultan Pajak Untuk Bisnis
- Royal Garden Bridal
- Apotek K-24 Franchise Bidang Kesehatan
Disamping memberikan pelayanan yang terbaik bagi pelanggan lewat sistem otomatisasi, menurut Feriadi, JNE juga senantiasa menjaga nilai-nilai budaya yang diwariskan pendahulunya yaitu dengan sering berbagi utamanya dengan anak-anak yatim.
Dia juga selalu mengajak seluruh karyawan untuk selalu memberikan pelayanan yang terbaik, berbuat kebaikan, bekerja keras, tekun serta menerapkan managemen ikhlas, karena ikhlas sangat penting dalam kondisi apapun. (*)